3.4 dan 4.4 Menganalisis/ menggunakan kecepatan putar mesin bubut untuk berbagai kecepatan potong bahan
Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut
Yang dimaksud dengan
parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa
dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari teknologi proses
pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada
proses pembubutan meliputi; kecepatan potong (Cutting speed - Cs), kecepatan
putaran mesin (Revolotion Permenit – Rpm), kecepatan
pemakanan (Feed – F ) dan waktu proses pemesinannya.
1. Kecepatan potong (Cutting speed – Cs )
Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah
kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman dan menghasilkan tatal dalam
satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/ menit).
Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah:
Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran atau : Cs = π.d.n
Meter/menit.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
n : putaran mesin/benda kerja
(putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada
proses pemesinan, sudah diteliti/diselidiki para ahli dan sudah dipatenkan
kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara
jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan
untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat
bahan tersebut.
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya.
Yang pada umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS
(High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel
tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida, kecepatan
potongnya lebih besar jika dibandingkan dengan alat potong HSS
(Tabel 4.1).
2. Kecepatan potong ditentutkan oleh :
a.
Bahan Benda Kerja
Bahan benda kerja berpengaruh pada
harga kecepatan potong semakin keras benda kerja semakin rendah kecepatan
potongnya dan berlaku sebaliknya semakin lunak benda kerja semakin besar
kecepatan potongnya.
b.
Jenis Alat Potong
Alat potong yang memiliki kekerasan
yang tinggi, maka kecepatan potongnya juga akan semakin besar demikian pula
sebaliknya.
c.
Besar Asutan
Besar asutan adalah besar jarak
pemakanan pahat dalam arah longitudinal atau membujur, semakin besar jarak pemakanan
dalam arah membujur maka kecepatan potong akan semakin kecil, dan semakin
kecil jarak pemakanan maka semakin besar kecepatan potongnya.
d.
Kedalaman Pemotongan
Kedalaman penyayatan adalah besar jarak pemakan pahat dalam
arah melintang, semakin besar jarak pemakanan pahat dalam arah melintang
semakin kecil kecepatan potongnya, dan semakin kecil jarak pemakanan
pahat dalam arah melintang semakin besar kecepatan potongnya.
3. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolution Per Menit - Rpm)
Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan
putar mesin bubut untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan
putaran/menit. Maka dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat
dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya.
Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan
secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah
putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung
putaran mesin bubut adalah:
Cs = π.d.n Meter/menit
Karena satuan
kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda kerja
dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan
mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus untuk
putaran mesin menjadi;
Keterangan :
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14
Contoh 1 :
Sebuah baja lunak
berdiameter 62 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit.
Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?
Jawaban :
Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 128,415 putaran per-menit
Contoh 2 :
Sebuah baja lunak
berdiameter 2,5 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 20
meter/menit. Pertanyaannya adalah; Berapa besar putaran mesinnya ?
Jawaban :
Satuan inchi bila
dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian diamter 2 inchi =
2,5 x 25,4 = 63,5 mm.
Jadi putaran mesinnya
adalah sebesar 100,305 putaran per-menit
Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel
putaran mesin. Agar sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada
tabel yang ditempel di mesin tersebut. Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih
dalam tabel pada mesin, yang nilainya paling dekat dengan hasil
perhitungan di atas. Untuk menentukan besaran putaran mesin bubut, juga dapat
menggunakan tabel yang sudah ditentukan berdasarkan perhitungan empiris.
4.
Kecepatan Pemakanan (Feed - F)
Kecepatan pemakanan atau
ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya:
kekerasan bahan, kedalaman penyayatan,sudut-sudut sayat alat potong, bahan alat
potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan
mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung
tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa pertimbangan
tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran ditentukan
pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang
halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising
digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas hasil
penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih
cepat). Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh
seberapa besar bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran
mesinnya dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F)
adalah ;
F = f x n (mm/menit).
Keterangan:
f = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n = putaran mesin (putaran/menit)
Contoh 1:
Sebuah benda kerja akan
dibubut dengan putaran mesinnya 750 putaran/menit dan besar pemakanan (f) 0,2
mm/putaran. Pertanyaannya adalah; Berapa besar kecepatan pemakanannya ?
Jawaban :
F = f x n
F = 0,2 x 750 = 150 mm/menit.
Pengertiannya adalah; pahat bergeser sejauh 150 mm, selama satu menit.
Contoh 2:
Sebuah benda kerja
berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit dan
besar pemakanan (f) 0,15 mm/ putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan
pemakanannya ?
F = f x n
F = 0,15 x 199 = 29,85 mm/menit.
Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 29,85 mm, selama satu menit.
5.
Waktu Pemesinan Bubut (tm)
Dalam membuat suatu
produk atau komponen pada mesin bubut, lamanya waktu proses pemesinannya perlu
diketahui/dihitung. Hal ini penting karena dengan mengetahui kebutuhan waktu
yang diperlukan, perencanaan dan kegiatan produksi dapat berjalan lancar.
Apabila diameter benda kerja, kecepatan potong dan kecepatan penyayatan/ penggeseran
pahatnya diketahui, waktu pembubutan dapat dihitung.
a) Waktu Pemesinan Bubut Rata
Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu pemesinan bubut adalah, seberapa besar panjang atau jarak
tempuh pembubutan (L) dalam satuan mm dan kecepatan pemakanan (F) dalam
satuan mm/menit. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total
pembubutan (L) adalah panjang pembubutan rata ditambah star awal pahat (ℓa),
atau: L total= ℓa+ ℓ (mm). Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan
berpedoman pada uraian sebelumnya F= f.n (mm/putaran).

Gambar 4.1. Panjang pembubutan rata.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan
waktu pemesinan bubut rata (tm) dapat dihitung dengan rumus:

L = ℓa+ ℓ (mm)
F = f.n (mm/menit)
Keterangan:
f = pemakanan dalam satau putaran (mm/put)
n = putaran benda
kerja (Rpm)
ℓ = panjang
pembubutan rata (mm)
la = jarak star pahat
(mm)
L = panjang total
pembubutan rata (mm)
F = kecepatan pemakanan mm/menit
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja
dengan diameter terbesar (D) = 40 mm akan dibubut rata menjadi (d) = 30 mm
sepanjang (ℓ) = 65, dengan jarak star pahat (la) = 4 mm. Data-data parameter
pemesinannya ditetapkan sebagai berikut;
Putaran mesin = 500
putaran/menit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran (f) = 0,05 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses
pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali
pemakanan/ proses?.
Jawaban soal 1:
L = ℓa+ ℓ =
65+4 = 69 mm F
= f.n = 0,05 x 500 = 25 mm/menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas
adalah selama 2,76 menit.
Contoh soal 2 :
Sebuah benda kerja
dengan diameter terbesar (D) = 30 mm akan dibubut rata menjadi (d)
= 30 mm sepanjang (ℓ) = 70, dengan jarak star pahat (ℓa) = 4 mm. Data-data
parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 25
meter/menit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran (f) = 0,03
mm/putaran.
Pertanyaannya adalah;
Berapa waktu yang
diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila
pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses?
Jawaban soal 2 :

L = ℓa + ℓ = 70+4 = 74
mm F = f.n = 0,03 x 265 = 7,95 mm/menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas adalah
selama 9,308 menit.
b) Waktu Pemesinan Bubut Muka (Facing)
Perhitungan waktu
pemesinan bubut muka pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu pemesinan
bubut rata, perbedaannya hanya terletak pada arah pemakanan yaitu melintang.
Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pembubutan (L) adalah
panjang pembubutan muka ditambah star awal pahat (ℓa), sehingga;

Untuk nilai kecepatan
pemakanan (F), dengan mengacu pada uraian sebelumnya F= f.n (mm/putaran).

Gambar 4.2. Panjang langkah pembubutan
muka (facing)
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah
diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan bubut muka (tm) dapat
dihitung dengan rumus:

Keterangan:
d = diameter benda kerja
f =
pemakanan dalam satu putaran (mm/putaran)
n = putaran
benda kerja (Rpm)
ℓ = panjang
pembubutan muka (mm)
la = jarak
star pahat (mm)
L =
panjang total pembubutan muka (mm)
F =
kecepatan pemakanan setiap (mm/menit)
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja
dengan diameter terbesar (D) = 50 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat
(ℓa) = 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran
mesin = 500 putaran/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,05
mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan
proses pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu
kali pemakanan/proses ?
Jawaban soal 1:
Jadi waktu yang
dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 1,12 menit.
Contoh soal 2:
Sebuah benda kerja
dengan diameter terbesar (D)= 60 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat
(ℓa) = 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan
potong (Cs) = 35 meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,06
mm/putaran. Pertanyaannya adalah;
Berapa waktu yang
diperlukan untuk melakukan proses pembubutan muka sesuai data diatas, apabila
pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses?
Jawaban soal 2:
Jadi waktu yang
dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 3,405 menit
c) Waktu Pengeboran Pada
Mesin Bubut
Perhitungan waktu pengeboran pada mesin
bubut, pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu pemesinan bubut rata dan
bubut muka. Perbedaannya hanya terletak pada jarak star ujung mata bornya. Pada
gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pengeboran (L) adalah panjang
pengeboran (ℓ) ditambah star awal mata bor (ℓa = 0,3 d), sehingga: L = ℓ + 0,3d
(mm). Untuk nilai kecepatan pemakanan (F) mengacu pada uraian sebelumnya F =
f.n (mm/putaran)
Gambar 4.3 . Panjang langkah
pengeboran
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah
diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pengeboran (tm) dapat dihitung dengan
rumus:
Keterangan :
ℓ = panjang pengeboran
L = panjang total
pengeboran
d = diameter mata bor
n = putaran mata bor
(Rpm)
f = pemakanan (mm/putaran)
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran
sepanjang 28 mm dengan mata bor berdiameter 10 mm. Data parameter pemesinannya
ditetapkan sebagai berikut; Putaran mesin = 700 putaran/menit, dan pemakanan
dalam satu putaran (f) = 0,04 mm/putaran. Pertanyaannya adalah; Berapa waktu
yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas,
apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawab soal 1 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk
pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,107 menit.
Contoh soal 2:
Sebuah benda kerja akan
dilakukan pengeboran sepanjang 40 mm dengan mata bor berdiameter 10 mm. Data
parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 25
meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,03 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah ;
Berapa waktu yang
diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas,
apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawab soal 2 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk
pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,298 menit.
d) Kecepatan Menghasilkan Geram/ Chips
Setiap pemakanan pada mesin bubut, mesin
bor atau mesin frais dan mesin lainya, pasti menimbulkan sampah. Sampah itu
biasa disebut dengan tatal, geram maupun chips. Seorang teknisi akan selalu
memperhitungkan sekecil apapun apabila itu mempengaruhi hasil suatu
pekerjaanya. Dalam kaitanya ini masalah hasil bubut (geram) juga memiliki
rumus, yang nantinya akan berkorelasi dengan hasil bubutanya. Jadinya ketika
akan membubut sudah tahu dulu hasil sampahnya berapa jumlahnya. Berdasarkan
prinsipnya geram/ chips memiliki rumus tersendiri di mana yang di cari adalah
volume dari hasil pembubutan
Rumus Mencari Hasil
Geram (Z)
Z = f. a. Cs Cm³/ Menit
Keterangan :
f : Gerak Pemakanan
( mm/ putaran )
a :
Kedalaman Pemakanan (mm)
Cs : Kecepatan
Pemakanan (m/ menit
Contoh 1 :
Sebuah baja lunak
berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit.
Apabila dalam proses pembubutan tersebut gerak pahat sebesar (f) 0,056 mm/
putaran dan kedalaman pemakanan pahat (a) 0,5 mm. Pertanyaannya adalah: Berapa
jumlah geram/ chips yang di hasilkan ?
Jawaban :
Z = f. a. Cs Cm³/menit
=
0,056. 0,5. 25
= 0,7
Cm³/ menit
Jadi hasil beram yang di
hasilkan dalam proses pembubutan adalah sebesar 0,7 Cm³/ menit
Contoh 2 :
Sebuah baja lunak
berdiameter 2 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 30 meter/menit.
Apabila dalam proses pembubutan tersebut gerak pahat sebesar (f) 0,08 mm/
putaran dan kedalaman pemakanan pahat (a) 0,1 mm. Pertanyaannya adalah: Berapa
jumlah geram/ chips yang di hasilkan ?
Jawaban :
Satuan inchi bila
dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian diameter 2 inchi =
2 x 25,4 = 50,8 mm.
Maka geram/ chips yang
di hasilkan adalah;
Z = f. a. Cs Cm³/menit
=
0,08. 0,1. 30
= 0,24
Cm³/ menit
Jadi hasil beram yang di
hasilkan dalam proses pembubutan adalah sebesar 0,24 Cm³/ menit
Hasil perhitungan di
atas pada dasarnya sebagai acuan dalam proses pebubutan pada mesin Di mana
hasil geram/ chips itu bisa di hitung, yang biasanya tidak pernah terfikirkan
sama sekali. Artinya seorang teknisi harus bisa memperhitugkan sedetail mungkin
kemungkinan apa yang bisa terjadi. Perhitungan diatas sudah ditentukan
berdasarkan perhitungan empiris.
Comments
Post a Comment